Senin, 27 Februari 2012

Si Pembaca Serius Itu..


Setiap malam, menjelang pergantian hari..

“Assalaamualaikum..,” bisikku pelan sembari membuka pintu kamar kos. Aroma lemon pengharum pasaran, menyeruak hidung saat pintu terbuka pelan. Beringsut kumasuki ruang dengan dominasi warna hijau ini, menyenggol gantungan pengharum tanpa menjatuhkannya, menyelipkan tangan ke balik lemari, menekan saklar lampu.

Ritual berikutnya, kutaruh ransel di samping meja, copot kaca mata dan meletakkannya di meja, lepas jaket dan menyampirkannya ke gantungan di pintu, ganti kostum. “Fhewwww…,” kutaruh badanku di hamparan karpet. Menghirup nafas panjang, mengeluarkan segala udara yang seharian dihirup dari jalanan.

Pelan, kepalaku berpaling ke meja di jangkauan tangan. “Hmm..,” mataku memilah judul buku apa yang mau menemaniku malam ini. Ah, sesaat aku tertegun. “Sedang membaca apa kamu di sana, ‘pembaca serius’-ku ? Atau sudah terlelapkah ?”

Bertahun-tahun sebelumnya..

“Apapun, tak usah kau berikan lagi padaku. Kecuali buku, bolehlah,’’ ujarmu sembari berlalu. Mengakhiri segala perdebatan, pertengkaran, kesalahpahaman. Menutup semua peluang pembicaraan, telepon, maupun sms. “Just leave me alone.”

Kembali ke setiap malam..

Ah, sudah berapa lama tak lagi kukirimkan buku padamu. Rentang waktu yang sama, tak lagi kubeli buku lebih dari satu untuk setiap judul. Tak lagi ku-copy buku-buku yang sudah tak ada lagi di pasaran. Cuma ada satu buku untuk setiap judul, dan itu hanya menyesaki rak bukuku. Tak ada lagi namamu di kemasan paket yang tergopoh-gopoh kusempatkan menitipkannya ke kantor pos. Tak ada lagi ritual mencari satu lagi edisi buku yang baru saja usai dibaca dan kurasa layak kubagikan padamu. Yang ada tinggal mematikan hati yang disusupi rindu mengirimkan buku.

Setahun lalu..

“Oh, jadi buku-buku itu memang tak pernah dibaca ya ? Semua terkait aku, tak berguna ?” ujarku sepedas-pedasnya di e-mail, sms, ym. Semua yang tak akan berjawab, kutahu. Dan sejak saat itu, mati hasratku mengiriminya buku. Sebagus apapun buku itu.

Malam-malam ini..

Mungkin kau memang sudah bukan si ‘pembaca serius’ yang dulu kupikir kukenal. Yang berbinar menerima buku dariku di satu waktu. Dulu.

Masih tersisa ingatan tentang rasa sesak, saat kutahu buku yang kuberikan kau serahkan begitu saja ke orang. Ketika buku yang dipuji-puji orang lain, ternyata adalah buku yang dulu kuberikan padamu, yang kau sebut sebagai ‘biasa saja’.

Masih ada sedikit ingatan tentang buku yang sudah tak lagi dicetak, yang dengan enteng kau bilang tak lagi kau temukan di rumahmu saat hendak kupinjam. Hanya karena kau sedang marah saat kuantarkan buku itu.

Tapi ya sudahlah. Ini soal pilihan dan selera. Meski sesekali otomatis otakku merekomendasikan buku bagus yang baru usai kubaca untuk kukirim ke kamu, kukatakan kepada diriku sendiri untuk bertahan. Bukan untuk mendendam. Hanya semoga yang terbaik untukmu.

*sudut ruangan, 13 Mei 2011*

nb : lama ga ngayal ngarang tulisan fiksi, ternyata riweuh juga.. garing tralala rasanya.. punten yak.. :$

Tidak ada komentar:

Posting Komentar